Padang Lawas Utara, Sumut // propamnewstv.id — Krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) kembali melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Padang Lawas Utara. Hingga Senin (1/12/2026), dua SPBU di Kecamatan Halongonan dan Halongonan Timur masih tidak beroperasi akibat ketiadaan pasokan Pertalite, sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan BBM untuk kebutuhan transportasi maupun aktivitas ekonomi harian.
Pantauan di lokasi menunjukkan bahwa kedua SPBU tersebut tampak kosong, tanpa antrean kendaraan seperti biasanya. Sejumlah warga terlihat mondar-mandir hanya untuk memastikan apakah pengiriman BBM sudah tiba, namun hingga siang hari tangki pengisian belum juga tersedia.
Di tengah kelangkaan ini, sebagian pedagang eceran memanfaatkan situasi dengan menjual Pertalite di harga yang melambung tinggi. Harga Pertalite eceran kini menembus Rp20.000 per liter, jauh dari harga resmi pemerintah.
“Sudah sejak pagi kami datang ke SPBU, tapi kosong terus. Terpaksa beli di eceran dengan harga tinggi karena kendaraan harus dipakai kerja,” ujar Andi, seorang warga Halongonan yang ditemui di lokasi.
Respons Pemerintah Daerah Menanggapi keluhan masyarakat, pihak Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara mengatakan sedang berkoordinasi dengan Pertamina untuk memastikan kelancaran distribusi.
“Kami telah menyampaikan laporan kelangkaan ini ke pihak Pertamina agar segera dilakukan normalisasi suplai. Masyarakat kami imbau tetap tenang dan tidak melakukan pembelian berlebihan,” ujar salah satu pejabat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Paluta.
Pihak pemerintah juga menegaskan bahwa kenaikan harga BBM yang dilakukan pedagang eceran di luar ketentuan resmi tidak dibenarkan. Pemantauan lapangan disebut akan ditingkatkan untuk mencegah praktik penimbunan dan penjualan dengan harga tidak wajar.
Dampak ke Ekonomi Masyarakat Kelangkaan BBM ini turut berdampak pada perekonomian lokal, terutama bagi warga yang bekerja sebagai ojek, pedagang keliling, serta transportasi barang. Biaya operasional meningkat tajam akibat harga eceran yang tidak terkontrol.
“Kalau beli Rp20.000 per liter, pendapatan kami langsung berkurang. Sementara kebutuhan hidup tetap jalan,” kata Julianto, seorang pengemudi ojek di Halongonan Timur.
Harapan Warga Masyarakat berharap penyaluran BBM segera kembali normal dalam waktu dekat. Warga menilai kelangkaan yang berulang tanpa solusi konkret membuat situasi semakin menyulitkan, terutama menjelang masa aktivitas akhir tahun.
“Kami hanya ingin SPBU buka seperti biasa. Jangan sampai kelangkaan seperti ini terus berlarut-larut,” ungkap salah seorang tokoh masyarakat Halongonan.
Penulis: (kaperwil, sumut)








