Banten // Propamnewstv – Sebagai organisasi edukasi dan pemerhati sosial, Indonesia Contra Terror (ICT) memandang bahwa keberadaan bandara khusus yang berjalan tanpa kehadiran penuh negara seperti kasus IMIP membuka ruang risiko yang sangat serius bagi keamanan nasional.
Dalam perspektif keamanan, Setiap titik keluar masuk manusia dan logistik adalah titik kedaulatan. Ketika akses ini tidak sepenuhnya berada di bawah kontrol otoritas negara, celah penyalahgunaan hampir pasti terjadi, baik hari ini maupun kelak. Ucap Sapta Selaku Ketua ICT Sabtu,29/11/2025.
Lanjut Sapta, ICT melihat potensi risiko besar poin poin yang harus di waspadai.
1. Sindikat narkotika selalu mencari jalur alternatif yang tidak terawasi. Bandara yang tidak berada dalam kontrol penuh negara dapat dijadikan jalur silent route untuk perdagangan narkoba tingkat tinggi mulai dari pembawa, kurir, hingga penyelundupan barang dalam jumlah besar.
2. Sindikat senjata gelap pun beroperasi dengan pola serupa.
Mereka memanfaatkan titik tertentu yang minim pengawasan untuk memasukkan senjata, amunisi, atau komponen pendukung operasi kriminal dan terorisme.
3. Berkembangnya “zona abu-abu” di dalam wilayah negara.
Ketika perusahaan besar memiliki fasilitas strategis yang tidak sepenuhnya diawasi negara, maka secara tidak langsung muncul potensi mini-teritori yang rawan dieksploitasi oleh aktor domestik maupun asing.
4. Melemahnya wibawa pemerintah.
Negara harus tampil sebagai satu-satunya otoritas dalam semua simpul strategis. Jika tidak, masyarakat akan melihat bahwa ada kekuatan lain yang mampu bertindak melampaui kontrol negara—dan ini sangat berbahaya bagi psikologi publik.
Karena itu, ICT menegaskan bahwa kontrol negara terhadap bandara harus absolut, tanpa kompromi, tanpa ada area yang “dipinjamkan” atau “dikelola internal” tanpa standar keamanan nasional. jelasnya
Bandara, sekecil apa pun, tetap berada dalam kategori critical national asset.
ICT tidak sedang menuduh, tapi memberi peringatan moral bahwa : Kedaulatan itu bocor bukan karena serangan dari luar, tetapi karena kelalaian dari dalam. pungkasnya
(IRGI)








