PONTIANAK // propamnewstv.id – Sejumlah massa yang tergabung dalam Barisan Pemuda Melayu (BPM) Kalimantan Barat menggelar aksi unjuk rasa di Polda Kalbar dan Kejaksaan Tinggi Kalbar, Rabu (15/10/2025).
Aksi ini menyoroti penanganan kasus dugaan peredaran oli palsu yang diduga melibatkan seorang cukong bernama Edi Choy.
Massa berkumpul di depan Polda Kalbar sejak pukul 14.00 WIB. Mereka membawa spanduk dan poster yang berisi tuntutan agar aparat penegak hukum bertindak tegas terhadap pelaku usaha ilegal tersebut. Setelah berorasi di depan Polda, massa kemudian melanjutkan aksi ke Kejaksaan Tinggi Kalbar.
Koordinator lapangan aksi, Alkusari, menyampaikan bahwa BPM Kalbar mendesak Polda Kalbar segera menuntaskan penyelidikan kasus oli palsu yang sudah meresahkan masyarakat.
“Kami meminta Polda Kalbar segera menangkap cukong oli palsu Edi Choy dan mengusut tuntas jaringannya. Jangan ada pembiaran terhadap kejahatan yang jelas-jelas merugikan masyarakat,” tegas Alkusari.
Di Kejaksaan Tinggi Kalbar, massa menuntut agar kejaksaan ikut mengawal penanganan kasus tersebut hingga ke meja hijau. Mereka berharap kejaksaan tidak hanya menunggu berkas perkara, tetapi aktif mengawasi proses penyidikan agar tidak ada intervensi pihak manapun.
Selain isu oli palsu, BPM Kalbar juga menyerukan agar aparat menindak cukong tambang yang merusak Cagar Alam Bumi Khatulistiwa, serta menindak tegas oknum aparat yang diduga melakukan pembiaran terhadap praktik ilegal tersebut.
Aksi yang berlangsung damai itu mendapat pengamanan ketat dari aparat kepolisian. BPM Kalbar menyatakan akan kembali melanjutkan aksi pada Kamis (16/10/2025) dengan tuntutan yang sama hingga aparat benar-benar menegakkan hukum tanpa pandang bulu.“Massa BPM dan Garda Borneo, mendatangi markas Grib Jaya, yang beralamat di jalan Karimata, Untuk Tidak coba coba berdiri nya Grib Jaya di Kalimantan barat”
“Kalau Merek Peka kami bisa Peka dan kami ini Elfizie 3 kilo, jadi anda jangan coba – coba kami ingat kan”
Sebagai penutup rangkaian aksi, BPM bersama ormas Garda Borneo mendatangi kantor Ormas Grib Jaya. Mereka secara terbuka menolak keberadaan organisasi tersebut di Kalbar, yang dinilai tidak memiliki kontribusi positif dan justru berpotensi memecah belah masyarakat.
“Grib Jaya tidak punya tempat di tanah Melayu. Kalbar butuh ormas yang membawa kesejukan, bukan konflik. Kami minta pemerintah segera menyikapi ini,” tegas Gusty dalam pernyataannya.
(Red)