SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA.(20/12/2025) // propamnewstv.id — KDM sadar atau tidak, dia telah menciptakan kampungnya sendiri, Lembur Pakuan bukan hanya sekadar nama tempat atau simbol romantisme masa lalu. Tetapi Kang Dedi Mulyadi merupakan penggagas tentang sebuah kebangkitan kembali peradaban Sunda—yaitu sebuah peradaban yang pernah tegak dengan jati diri, tata nilai, dan kearifan lokalnya, namun perlahan memudar di tengah arus modernisasi dan sentralisasi budaya.
Pakuan Pajajaran dan Akar Peradaban Sunda.
Dalam sejarah, Pakuan Pajajaran adalah pusat Kerajaan Sunda, bukan hanya sebagai ibu kota politik, tetapi juga sebagai poros kebudayaan. Di sanalah nilai-nilai Sunda seperti silih asah, silih asih, silih asuh hidup dalam praktik sehari-hari. Hubungan manusia dengan alam dijaga melalui konsep leuweung larangan, hutan titipan, dan pola hidup yang selaras dengan lingkungan.
Namun runtuhnya Pajajaran, akibat adanya kolonialisme, dan kemudian pembangunan modern yang sering menomorduakan budaya lokal membuat masyarakat Sunda semakin jauh dari akar peradabannya sendiri.
Lembur Pakuan sebagai Simbol Kebangkitan.
“Lembur” berarti kampung—ruang hidup masyarakat. Maka Lembur Pakuan dapat dimaknai sebagai upaya mengembalikan ruh Pakuan Pajajaran ke dalam kehidupan masyarakat Sunda masa kini. Bukan dengan mengulang masa lalu secara romantis, melainkan dengan menghidupkan kembali nilai-nilai dasarnya dalam konteks modern.
Kebangkitan ini tampak dalam:
▪︎ Munculnya kembali penggunaan bahasa Sunda halus dalam ruang publik
▪︎ Revitalisasi seni tradisi seperti kacapi suling, wayang golek, dan pantun Sunda.
▪︎ Gerakan komunitas adat dan budaya yang menekankan kedaulatan pangan, alam, dan identitas.
▪︎ Kesadaran generasi muda untuk “nyunda” tanpa merasa kuno.
Mengapa Pernah Ditinggalkan?
Rakyat Jawa Barat—terutama di wilayah perkotaan—lama terjebak dalam anggapan bahwa kemajuan harus berarti meninggalkan identitas lokal. Bahasa Sunda dianggap kampungan, adat dianggap menghambat, dan nilai leluhur dianggap tidak relevan.
Padahal, yang hilang bukan sekadar tradisi, melainkan cara pandang hidup: keseimbangan, kesantunan, dan penghormatan terhadap alam serta sesama.
Kembali ke Sunda, Melangkah ke Depan.
Kembalinya peradaban Sunda melalui semangat Lembur Pakuan bukan gerakan eksklusif atau anti-modern. Justru sebaliknya: ini adalah upaya berdiri tegak sebagai orang Sunda di tengah dunia global.
Menjadi modern tanpa kehilangan akar.
Menjadi maju tanpa tercerabut dari jati diri.
Jika Pakuan dahulu adalah pusat peradaban Sunda, maka Lembur Pakuan hari ini adalah api kecil yang menyalakan kembali kesadaran kolektif: bahwa Jawa Barat tidak hanya wilayah administratif, tetapi tanah dengan peradaban besar yang layak dihidupkan kembali oleh rakyatnya sendiri.
( Iwan Singadinata TATAR SUKAPURA)
#R.ly ( Propamnewstv )








